Senin, 23 November 2009

IBD

Mengenal Prosesi Pernikahan Adat Jawa



Filed under : Artikel Pernikahan
mita & sigit
mita & sigit

Artikel: Kompas. Foto: Ucok (RF)

Di bumi Indonesia yang kaya akan ragam budaya, adat istiadat yang dimiliki beragam pula. Termasuk di dalamnya prosesi pernikahan.

Adat Jawa misalnya. Kebanyakan orang hanya mengenal proses siraman dan midodareni. Padahal ada beberapa proses lain yang tak kalah pentingnya. Walau terkesan njelimet, tak ada salahnya kan jika Anda mengenal lebih jauh prosesi pernikahan adat Jawa.

Proses pernikahan adat Jawa dimulai dengan Siraman yang dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari sebelum ijab kabul.

upacara siraman
upaacara siraman

Ada 7 Pitulungan (penolong) yang melakukan proses siraman. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari 7 mata air. Diawali siraman oleh orangtua calon pengantin, acara siraman ditutup oleh siraman pemaes yang kemudian memecahkan kendi.

foto keluarga
foto keluarga

Beranjak malam, acara dilanjutkan dengan Midodareni, yaitu malam kedua mempelai melepas masa lajang. Dalam acara Midodareni yang digelar di kediaman perempuan ini, ada acara nyantrik untuk memastikan pengantin laki-laki akan hadir pada ijab kabul dan kepastian bahwa keluarga mempelai perempuan siap melaksanakan perkawinan dan upacara panggih di hari berikutnya.

foto bersama keluarga besar

foto bersama keluarga besar

Upacara Panggih

Usai acara akad nikah dilakukan upacara Panggih, di mana kembang mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Setelah itu pengantin perempuan yang bertemu pengantin laki-laki akan melanjutkan upacara dengan melakukan :

1. Balangan suruh
Melempar daun sirih yang melambangkan cinta kasih dan kesetiaan

2. Wiji dadi
Mempelai laki-laki menginjak telur ayam hingga pecah, kemudian mempelai perempuan akan membasuh kaki sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya.

3. Pupuk
Ibu mempelai perempuan mengusap mempelai mantu laki-laki sebagai tanda ikhlas menerimanya sebagai bagian dari keluarga.

4. Sinduran
Berjalan perlahan-lahan dengan menyampirkan kain sindur sebagai tanda bahwa kedua mempelai sudah diterima sebagai keluarga.

5.Timbang
Kedua mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai perempuan sebagai tanda kasih sayang orangtua terhadap anak dan menantu sama besarnya.

6. Kacar-kucur
Kacar-kucur yang dituangkan ke pangkuan perempuan sebagai simbol pemberian nafkah.

7. Dahar Klimah
Saling menyuapi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah maupun senang.

8. Mertui
Orangtua mempelai perempuan menjemput orangtua mempelai laki-laki di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara.

9. Sungkeman
Kedua mempelai memohon restu dari kedua orangtua.

Setelah mengetahui prosesnya, apakah Anda juga tertarik menggunakan prosesi pernikahan adat Jawa?

IBD

Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra, biasa disebut Konvensi Bern atau Konvensi Berne, merupakan persetujuan internasional mengenai hak cipta, pertama kali disetujui di Bern, Swiss pada tahun 1886.

Sebelum penerapan Konvensi Bern, undang-undang hak cipta biasanya berlaku hanya bagi karya yang diciptakan di dalam negara bersangkutan. Akibatnya, misalnya ciptaan yang diterbitkan di London oleh seorang warga negara Inggris dilindungi hak ciptanya di Britania Raya, namun dapat disalin dan dijual oleh siapapun di Swiss; demikian pula sebaliknya.

Konvensi Bern mengikuti langkah Konvensi Paris pada tahun 1883, yang dengan cara serupa telah menetapkan kerangka perlindungan internasional atas jenis kekayaan intelektual lainnya, yaitu paten, merek, dan desain industri.

Sebagaimana Konvensi Paris, Konvensi Bern membentuk suatu badan untuk mengurusi tugas administratif. Pada tahun 1893, kedua badan tersebut bergabung menjadi Biro Internasional Bersatu untuk Perlindungan Kekayaan Intelektual (dikenal dengan singkatan bahasa Prancisnya, BIRPI), di Bern. Pada tahun 1960, BIRPI dipindah dari Bern ke Jenewa agar lebih dekat ke PBB dan organisasi-organisasi internasional lain di kota tersebut, dan pada tahun 1967 BIRPI menjadi WIPO, Organisasi Kekayaan Intelektual Internasional, yang sejak 1974 merupakan organisasi di bawah PBB.

Konvensi Bern direvisi di Paris pada tahun 1896 dan di Berlin pada tahun 1908, diselesaikan di Bern pada tahun 1914, direvisi di Roma pada tahun 1928, di Brussels pada tahun 1948, di Stockholm pada tahun 1967 dan di Paris pada tahun 1971, dan diubah pada tahun 1979.

Pada Januari 2006, terdapat 160 negara anggota Konvensi Bern. Sebuah daftar lengkap yang berisi para peserta konvensi ini tersedia, disusun menurut nama negara atau disusun menurut tanggal pemberlakuannya di negara masing-masing.

[sunting] Isi perjanjian

Konvensi Bern mewajibkan negara-negara yang menandatanganinya melindungi hak cipta dari karya-karya para pencipta dari negara-negara lain yang ikut menandatanganinya (yaitu negara-negara yang dikenal sebagai Uni Bern), seolah-olah mereka adalah warga negaranya sendiri. Artinya, misalnya, undang-undang hak cipta Prancis berlaku untuk segala sesuatu yang diterbitkan atau dipertunjukkan di Prancis, tak peduli di mana benda atau barang itu pertama kali diciptakan.

Namun demikian, sekadar memiliki persetujuan tentang perlakuan yang sama tidak akan banyak gunanya apabila undang-undang hak cipta di negara-negara anggotanya sangat berbeda satu dengan yang lainnya, kaerna hal itu dapat membuat seluruh perjanjian itu sia-sia. Apa gunanya persetujuan ini apabila buku dari seorang pengarang di sebuah negara yang memiliki perlindungan yang baik diterbitkan di sebuah negara yang perlindungannya buruk atau malah sama sekali tidak ada? Karena itu, Konvensi Bern bukanlah sekadar persetujuan tentang bagaimana hak cipta harus diatur di antara negara-negara anggotanya melainkan, yang lebih penting lagi, Konvensi ini menetapkan serangkaian tolok ukur minimum yang harus dipenuhi oleh undang-undang hak cipta dari masing-masing negara.

Hak cipta di bawah Konvensi Bern bersifat otomatis, tidak membutuhkan pendaftaran secara eksplisit.

Konvensi Bern menyatakan bahwa semua karya, kecuali berupa fotografi dan sinematografi, akan dilindungi sekurang-kurangnya selama 50 tahun setelah si pembuatnya meninggal dunia, namun masing-masing negara anggotanya bebas untuk memberikan perlindungan untuk jangka waktu yang lebih lama, seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa dengan Petunjuk untuk mengharmonisasikan syarat-syarat perlindungan hak cipta tahun 1993. Untuk fotografi, Konvensi Bern menetapkan batas mininum perlindungan selama 25 tahun sejak tahun foto itu dibuat, dan untuk sinematografi batas minimumnya adalah 50 tahun setelah pertunjukan pertamanya, atau 50 tahun setelah pembuatannya apabila film itu tidak pernah dipertunjukan dalam waktu 50 tahun sejak pembuatannya.

Negara-negara yang terkena revisi perjanjian yang lebih tua dapat memilih untuk memilih untuk memberikan, dan untuk jenis-jenis karya tertentu (seperti misalnya piringan rekama suara dan gambar hidup) dapat diberikan batas waktu yang lebih singkat.

Meskipun Konvensi Bern menyatakan bahwa undang-undang hak cipta dari negara yang melindungi suatu karya tertentu akan diberlakukan, ayat 7.8 menyatakan bahwa "kecuali undang-undang dari negara itu menyatakan hal yang berbeda, maka masa perlindungan itu tidak akan melampaui masa yang ditetapkan di negara asal dari karya itu", artinya si pengarang biasanya tidak berhak mendapatkan perlindungan yang lebih lama di luar negeri daripada di negeri asalnya, meskipun misalnya undang-undang di luar negeri memberikan perlindungan yang lebih lama.

IBD

Macam Tarian Tradisional Indonesia 2

Seni tari suku Kutai dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni Seni Tari Rakyat dan Seni Tari Klasik.
Seni Tari Rakyat
Merupakan kreasi artistik yang timbul ditengah-tengah masyarakat umum. Gerakan tarian rakyat ini menggabungkan unsur-unsur tarian yang ada pada tarian suku yang mendiami daerah pantai.
Yang termasuk dalam Seni Tari Rakyat adalah :



1. Tari Jepen
Jepen adalah kesenian rakyat Kutai yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam. Kesenian ini sangat populer di kalangan rakyat yang menetap di pesisir sungai Mahakam maupun di daerah pantai.
Tarian pergaulan ini biasanya ditarikan berpasang-pasangan, tetapi dapat pula ditarikan secara tunggal. Tari Jepen ini diiringi oleh sebuah nyanyian dan irama musik khas Kutai yang disebut dengan Tingkilan. Alat musiknya terdiri dari gambus (sejenis gitar berdawai 6) dan ketipung (semacam kendang kecil).
Karena populernya kesenian ini, hampir di setiap kecamatan terdapat grup-grup Jepen sekaligus Tingkilan yang masing-masing memiliki gayanya sendiri-sendiri, sehingga tari ini berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru seperti Tari Jepen Tungku, Tari Jepen Gelombang, Tari Jepen 29, Tari Jepen Sidabil dan Tari Jepen Tali.
Seni Tari Klasik
Merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan Kraton Kutai Kartanegara pada masa lampau.
Yang termasuk dalam Seni Tari Klasik Kutai adalah:
1. Tari Persembahan
Dahulu tarian ini adalah tarian wanita kraton Kutai Kartanegara, namun akhirnya tarian ini boleh ditarikan siapa saja. Tarian yang diiringi musik gamelan ini khusus dipersembahkan kepada tamu-tamu yang datang berkunjung ke Kutai dalam suatu upacara resmi. Penari tidak terbatas jumlahnya, makin banyak penarinya dianggap bagus.
Tari Ganjur


2. Tari Ganjur
Tari Ganjur merupakan tarian pria istana yang ditarikan secara berpasangan dengan menggunakan alat yang bernama Ganjur (gada yang terbuat dari kain dan memiliki tangkai untuk memegang). Tarian ini diiringi oleh musik gamelan dan ditarikan pada upacara penobatan raja, pesta perkawinan, penyambutan tamu kerajaan, kelahiran dan khitanan keluarga kerajaan. Tarian ini banyak mendapat pengaruh dari unsur-unsur gerak tari Jawa (gaya Yogya dan Solo).
3. Tari Kanjar
Tarian ini tidak jauh berbeda dengan Tari Ganjur, hanya saja tarian ini ditarikan oleh pria dan wanita dan gerakannya sedikit lebih lincah. Komposisi tariannya agak lebih bebas dan tidak terlalu ketat dengan suatu pola, sehingga tarian ini dapat disamakan seperti tari pergaulan. Tari Kanjar dalam penyajiannya biasanya didahului oleh Tari Persembahan, karena tarian ini juga untuk menghormati tamu dan termasuk sebagai tari pergaulan.
4. Tari Topeng Kutai
Tari ini asal mulanya memiliki hubungan dengan seni tari dalam Kerajaan Singosari dan Kediri, namun gerak tari dan irama gamelan yang mengiringinya sedikit berbeda dengan yang terdapat di Kerajaan Singosari dan Kediri. Sedangkan cerita yang dibawakan dalam tarian ini tidak begitu banyak perbedaannya, demikian pula dengan kostum penarinya.
Tari Topeng Kutai terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:
01. Penembe
02. Kemindhu
03. Patih
04. Temenggung
05. Kelana
06. Wirun
07. Gunung Sari
08. Panji
09. Rangga
10. Togoq
11. Bota
12. Tembam
Tari Dewa Memanah

Tari Topeng Kutai hanya disajikan untuk kalangan kraton saja, sebagai hiburan keluarga dengan penari-penari tertentu. Tarian ini juga biasanya dipersembahkan pada acara penobatan raja, perkawinan, kelahiran dan penyambutan tamu kraton.
5. Tari Dewa Memanah
Tarian ini dilakukan oleh kepala Ponggawa dengan mempergunakan sebuah busur dan anak panah yang berujung lima. Ponggawa mengelilingi tempat upacara diadakan sambil mengayunkan panah dan busurnya keatas dan kebawah, disertai pula dengan bememang (membaca mantra) yang isinya meminta pada dewa agar dewa-dewa mengusir roh-roh jahat, dan meminta ketentraman, kesuburan, kesejahteraan untuk rakyat.

1. Tari-tarian Daerah Istimewa Aceh

Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh.

Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam

2. Tari-tarian Daerah Bali

Tari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati.

Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa

3. Tari-tarian Daerah Bengkulu

Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.

Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong.

4. Tari-tarian Daerah DKI Jakarta

Tart Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung.

Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara.

5. Tari-tarian Daerah Jambi

Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari Melayu.

Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah Jambi.

6. Tari-tarian Daerah Jawa Barat

Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.

Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.

7. Tari-tarian Daerah Jawa Tengah

Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan menawan.

Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan angkara murka.

8. Tari-tarian Daerah JawaTimur

Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu.

Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.

9. Tari-tarian Daerah kalimantan Barat

Tarri Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi

Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat

10. Tari-tarian Daerah Katimantan Selatan

Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan menyampaikan untaian bunga.

Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan.

11. Tari-tarian Daerah Kalimantan tengah

Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.

Tari Balean Dadas, Merupakan tarian guna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit.

12. Tari-tarian : Daerah Kalimantan Timur

Tari Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tatmu agung. Dapat pula di pertunjukan sewaktu lahir seorang bayi kepala suku.

Tari perang, Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang gadis.

13. Tari-tarian Daerah Lampung.

Tari Jangget, adalah tarian untuk upacar-upacara peradatan. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila rakyat Lampung.

Tari Malinting, merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat Lampung. Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung Jati ke Keraton Pulung.

14. Tari-tarian Daerah Maluku

Tari Lenso. merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku.

Tari Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.

15. Tari-Tarian Daerah Maluku Utara

Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pualng dari medan juang.

Tari Nahar Ilaa, tarian pengikat persahabatan pada waktu “panas Pela” kesepakatan kampung untuk membangun.

16. Tari-tarian Daerah Nusa Tenggara Barat

Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian ini juga scring dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja.

Tari Batunganga, sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat. Mengisahkan tentang kecintaan rakyat terhadap putri raja yang masuk ke dalam batu. Mereka memohon agar sang putri dapat keluar dari dalam batu itu.

17. Tari-tarian Daerah Nusa Tenggara Timur

Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yang dipakai berupa cambuk dan perisai.

Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan. Tari ini berupa ucapan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam hidupnya.

18. Tari-tarian Daerah Papua Barat danTengah

Tari Suanggi, tarian yang mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian).

Tari Perang, tari yang melambangkan kepahlawana, dan kegagahan rakyat Papua.

29. Tari-tarian Daerah Papua Timur

Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.

Tari Musyoh, merupakan tari sakral dalam upaya mengusir arwah or¬ang meninggal karena kecelakaan.

20. Tari-tarian Daerah Riau

Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat di gemari di daerah Riau.

Tori Joged Lambak, adalah tari pergaulan muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi

21 Tari-tarian Daerah Sulawesi Selatan

Kipas, tari yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas samhil mengikuti alunan lagu.

Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes.

22. Tari-tarian Daerah Sulawesi Tengah

Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat dating untuk menyambut tamu agung.

Tari Peule Cinde, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.

23. Tari-tarian Daerah Sulawesi Tenggara

Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalarn menyambut tamu agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton.

Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotong royongan dalam kerja bersama sewaktu menumbuk padi. Sentuhan alu pada lesung merupakan irama tersendiri yang menyentuh hati.

24. Tari-tarian Daerah Sulawesi Utara

Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang-pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.

Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah Gorontalo.

25. Tari-tarian Daerah Sumatra Barat

Tari Piring : Sebuah tari tradisional yang melambangkan suasana kegotong royongan rakyat dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya bersukaria bersama-sam.

Tari Payung : Ditarikan oleh sepasang muda-mudi dengan payung di tangan, sang pria melindungi kepala sang wanita, sebuah perlamban perlindungan lelaki terhadap wanita.

26. Tari-tarian Daerah Sumatra Selatan

Tari Tanggal, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara kebesaran adat.

Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamhangka kemakmuran daerah Sumatra Selatan

27. Tari-tarian Daerah Sumatra Utara

Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari pergaulan.

Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk.

28. Tari-tarian Daerah Istimewa Yogyakarta

Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.

Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai

IBD

EMPU DAN PENGRAJIN KERIS:

Di Jawa Tinggal Satu, di Bali Tinggal Tiga

Di Solo ada cukup banyak pembuat keris namun mereka ini dengan tegas dan keras tidak mau disebut empu. Mengapa? Mereka hanya mau disebut sebagai pengrajin keris meskipun karyanya dari sudut seni keris sudah sangat indah dan rapi.

Mereka ini antara lain M.Ng.H. Pauzan Pusposukadgo dan Hajar Satoto, menurut me reka untuk menjadi empu perlu punya kemam puan spiritual dan untuk ini harus menjalani laku tapa dan macam-macam latihan rohani ke jawen. Selain itu membuat keris klasik/tradi sional yang sesuai dengan pribadi pemesan dan punya "isi" perlu waktu yang lama, setahun mungkin hanya bisa membuat 2-3 buah keris dengan biaya mahal.

Jadi membuat keris klasik di samping per lu keahlian khusus juga tidak ekonomis untuk suatu usaha yang bisa memberi keuntungan mencukupi untuk mendukung keluarganya. Se bagai pengrajin keris maka titik beratnya adalah karya seni yang bisa dipasarkan dalam waktu singkat dan jumiahnya mencukupi untuk ke langsungan usaha. Sesuai kriteria ini maka di Madura telah terbit belasan pengrajin keris yang bisa membuat keris dalam waktu seminggu atau kurang, dan saat ini produk mereka memang sudah membanjiri pasar. Tentang mutu seninya cukup dipuji orang namun untuk mutu bahannya memang jauh di bawah keris klasik.

Djeno Harumbrodjo, Yogyakarta

Kalangan pakar dan penggemar mengakui bahwa empu yang ada di Jawa saat ini tinggal satu, yaitu Empu Djeno Harumbrodjo yang tinggal di desa Gatak, Sleman Yogyakarta (15 km barat Yogya) dari silsilahnya empu ini memang keturunan ke 15 dari Empu Supo pada jaman kerajaan majapahit (abad 13).

Empu Djeno yang umurnya sudah sekitar 65 tahun masih melestarikan pembuatan keris secara tradisional yang mengandung karya seni profan maupun spiritual. Empu ini di masa mu danya nyaris tidak melanjutkan karya ayahnya Empu Supowinangun sebab dia hanya meru pakan anak bungsu dari lima anak Empu Sup winangun. Namun panggilan yang muncul da lam mimpinya yang pertama dan kedua tak ditanggapinya, barulah setelah muncul untuk ke-3 kalinya dia tergugah untuk memenuhi bi sikan ayah dalam mimpinya.

Membuat keris klasik memang lama dan harus konsentrasi penuh sambil "nglakoni" mutih atau puasa penuh. Untuk satu keris harus dipanasi, ditempa, dilipat bisa sampai ratusan kali sehingga bisa makan arang kayu jati sekitar 50 karung, besi 12 kg, baja 0,5 kg dan pamor 100 gram, kalau sudah menjadi keris tinggal sekitar 1 kilogram karena mengalami penyu sutan akibat pemasan dan penempaan yang ra tusan kali itu. Empu Djeno di samping mene rima pesanan dari pihak Keraton Yogyakarta (Sri Sultan Hamengku Buwono IX) juga membuat keris banyak pejabat Rl setingkat menteri, di samping itu menerima banyak pesanan dari Belanda, Jerman, Jepang, Amerika Serikat, Swiss, Inggris dan lain lain. Antriannya saat ini sudah sampai tahun 2002, sehingga kalau kita ni memesan pada bulan Juni yang lalu maka baru bisa dipenuhi empu Djeno pada tahun 2003.

Di samping membuat keris klasik dia juga membuat keris souvenir yang memang lebih cepat selesai. Tentang mutunya, baik besi-baja maupun pamornya tak beda dengan keris tradisional yang punya "isi" sesuai dengan kebutuhan pemesannya.

Mangku Ketut Sandi, Bali

Sedang empu yang ada di Bali diperkirakan tinggal sekitar 3 orang, lebih banyak sebab keris di masyarakat Bali masih punya kedudukan tinggi dalam agama dan adat, sehingga keris merupakan salah satu kebutuhan keluarga Hindu Bali. Di samping sebagai senjata dan keris juga dianggap sebagai benda yang mempunyai kekuatan spiritual sehingga bisa menjadi pelindung ketika berpergian, untuk usaha, tanda pengabdian kepada raja, untuk menjaga keselamatan rumah tangga, untuk sarana penyembuhan seorang dukun dan khususnya untuk upacara keagamaan. Untuk yang terakhir ini maka keris mempunyai 6 fungsi berbeda.

Banyaknya fungsifungsi ini nampaknya telah mendesak para empu di Bali untuk lebih mementingkan manfaat spiritual keris (kekuatan magis) dari pada karya seni (keindahannya) se hingga bagian yang paling sulit dibuat yaitu pa mor keris tidak mendapat penekanan sedang untuk segi keindahannya ditekankan pada pe nampilan luarnya yaitu dekorasi: wadah (we rangka), pelokan (pangkal wadah), hulu, cincin ujung hulu dan lain lain. Bagian-bagian ini bisa dibuat dari emas, perak, gading, kayu langka dan dihiasi dengan ukiran dan batu permata. Hanya keris untuk tokoh-tokoh masyarakat dan agama yang dibuat bagus, baik dekorasi mau pun bilahnya.

Pengrajin dekorasi keris yang terkenal di Bali adalah Wayan Tika di Banjar Pande, Bangli. Pengrajin ini sudah lama menjadi langganan Istana Negara karena keris Bali yang sering menjadi cinderamata Presiden kepada para tamu agung berasal dari karya Wayan Tika ini. Jumiah pengrajin dekorasi keris lebih banyak, 6 orang lebih dan tersebar di seluruh Bali. Oleh karena fungsi keris dalam masyarakat Hindu Bali macam-macam, khususnya yang berhubungan dengan kehidupan keluarga Bali dan upacara agama, maka empu keris pada umumnya berpangkat pembantu pendeta (mangku) atau malah pendeta misalnya empu Mangku Ketut Sandi di Tatasan Denpasar.

Mangku Ketut Sandi (65 tahun) ketika muda sebenarnya tak bercitacita menjadi "mangku" atau pembantu pendeta. Dia ingin membangun usaha di bidang kerajinan mem buat gamelan, seni tari dan musik gamelan. Menjadi pembantu pendeta menurut penilaian dia saat itu tidak bisa menjadi orang kaya, pa dahal dia ingin membahagiakan keluarganya. Namun tahun 1958 Ketut Sandi mendapat macammacam penyakit yang susah diobati, saat itulah dia merasa mendapat panggilan untuk menjadi pembantu pendeta dan dia menyanggupi.

Mulailah pendidikan diri untuk menjadi mangku, menjadi pelayan Tuhan dan masya rakat. Untuk ini dia harus membersihkan diri dengan bertapabrata pada beberapa puncak gunung di Bali dan Jawa. Ketekunannya dalam latihan bathin ternyata tidak hanya membawa dia sebagai mangku tetapi juga sebagai orang pinter yang bisa mengobati penyakit (dukun), tahun 1961 dia diangkat sebagai pemangku Pura Pande Dalem Majepahit banjar Tatasan Denpasar. Namun profesinya sebagai dukun tahun 1987 tak boleh dilanjutkan, karena harus menekuni pelayanan sebagai pembantu pen deta. Namun kebolehannya sebagai pengrajin keris, pembuatgamelan, penabuh gamelan dan penari masih boleh dilanjutkan hingga saat ini. Latihan bathin untuk menjadi mangku telah memberi kemampuan untuk bisa memberi "isi" suatu keris yang dibuatnya maka jadilah dia seorang empu.

Ketut Sandi yang berputera 6 orang dan bercucu 3 sudah menekuni profesinya sebagai pengrajin gamelan dan keris sejak 1951 sudah lebih 500 keris dan tombak dihasilkan dan ga melannya sudah di ekspor ke Jepang, Perancis, Brasil, dan sudah menjadi langganan Departemen Transmigrasi. Ternyata menjadi mangku itu tidak berarti hidup dalam kemiskinan.

Sedangsebagai pamangku diasudah berkeliling daerah luar Bali untuk memberkati pura-pura yang dibangun. Kalau banyak pesanan dia punya 30 karyawan, kalau sedang sepi hanya 6 orang yang membantunya. Untuk membuat keris berpamor hanya dibutuhkan waktu 20 hari namun untuk membuat keris ber"isi" perlu 3-4 bulan. Inilah yang menyulitkan pembagian waktu untuk memenuhi banyak pesanan keris dan gamelan.

Hajar Satoto, Sala

Hajar Satoto (45 tahun) keturunan seni man serba bisa sebab ayahnya seorang dalang, seniman sungging wayang dan guru seni. Sekarang Hajar Satoto juga menggeluti profesi sebagai seniman serba bisa dan antara lain sebagai pengrajin keris. Pendidikan formalnya adalah seniman patung lulusan STSRI ASRI Yogyakarta namun pengenalannya atas pelbagai karya seni Jawa telah menggugah hatinya untuk ikut menggali karya adiluhung keris dan senjata tradisional lainnya (tosan aji). Tosan aji tak kalah dengan karya seni dunia seperti porselin cina, patung dan lukisan, maka karya adilu hung ini harus terus digali dan dikembangkan.

Pemikiran inilah yang mendorong Totok (panggilan Hajar Satoto) yang juga seniman tari, karawitan, patung, interiordan multi media tradisional untuk menggeluti perkerisan. Wayang menurut Totok adalah karya multimedia para seniman Jawa beberapa abad yang lalu sebab dalam wayang bisa ditemui seni tari, musik, opera, lukis, dekorasi, komunikasi, filsafat dan bahkan penyuluhan dan propaganda/kampanye. Itulah salah satu kebangaan Totok akan seni nenek moyangnya, dan oleh karena itu di betekad untuk semakin menggumuli dan semakin mendalami.

Dengan titik tolak menggali khasanah seni budaya Jawa, Totok ingin menunjukkan bahwa seni Jawa itu mampu mandiri dan mendapat tempat dalam masyarakat modern. Mandiri dalam arti seni budaya itu mampu mengangkat si seniman untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup dan kawanya, dan juga mandiri dalam arti seni budaya Jawa itu sendiri akan mampu merebut hati masyarakat modern, keberadaannya akan terus dilestarikan dan kiprahnya akan memperoleh perhatian masyarakat. Masa lahnya hanyalah bagaimana menyajikannya?

Oleh karena itu para seniman, khususnya budayaJawa, harus mau menggali dan kemudian berkreasi memenuhi kebutuhan masyarakat modern ini. Totok yang telah berhasil mem borong interior Pendopo Taman Budaya Su rakarta, tahun 1982 mulai menggeluti kera jinan membuat tosan aji. Hanya kerajinan membuat tosan aji, bukan menjadi "empu" ka rena Totok (dan rekan-rekan sealirannya) ingin menampilkan tosan aji sematamata sebagai se ni profan, sejajar dengan seni patung, ukir, sungging, lukis dan lain lain.

Menurut Totok di masa depan kepercayaan pada "isi" keris akan menyusutsesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang serba teknologi tinggi. Namun karya seni profan tosan aji tak boleh ikut hilang dengan perubahan masyarakat itu. Maka seni kerajinan keris justru harus diangkat dan dikem bangkan supaya menjadi disenangi masyarakat hanya karena kebolehan seni profannya.

Dalam rangka ini Totok dan kawan-kawannya membuat inovasi dan berhasil me ngembangkan teknologi membuat pamor keris pada pembuatan gamelan, gamelan berpamor pada bilah-bilahnya. Menurut Totok bilah gamelan yang dibuat dengan banyak tempaan dalam rangka membentuk pamor ternyata menghasilkan suara lebih bagus dan lebih awet, tak perlu sering distem (diselaraskan nadanya).

Untuk memenuhi macam-macam pesanan baik tosan aji maupun gamelan berpamor Totok membangun kemitraan dengan pengrajin pande besi, pengrajin gamelan, mahasiswa akademi seni tari dan karawitan Sala dan kemudian menangani usaha pemasaran dan promosinya di masyarakat. Untuk ini karsa Kompas dan Bentara BudayaJakarta untuk mengadakan pameran tosan aji sangat didukungnya, grup Sala kan mengerahkan pasukannya, kata Totok. 'Inilah salah satu segi membangun kemandirian seniman dan seni" tegasnya. Diharapkan prakarsa Kompas dan BBJ akan membuka pasar an sekaligus membuka macam-macam lapangan kerja baru dalam kerajinan dekorasi tosan aji, kerajinan wilah, gamelan, wrangka, hulu keris, pelok keris, dan lain lain.

Wayan Tika, Bali

Wayan Tika (58 tahun) yang keturunan pengrajin perhiasan semula tak ingin menjadi pengrajin, dia ingin menjadi pedagang barang-barang yang bisa memberi untung besar. Maka mulai 1968 dipilihlah profesi pedagang acung keris, dengan membeli 2-3 keris dari keluarga keluarga Bali; mulailah dia mengacungkan da gangannya kepada para turis asing. Lalu mun cullah ide untuk merenovasi keris maupun de korasinya supaya harga bisa lebih mahal, wilah an keris ditambah dengan ukiran atau diselaputi emas (kinatah emas) sedang hulu, wadah, pe lokan diganti dengan perhiasan mewah mi salnya hulunya dibuat dari gading atau emas bertatahkan permata atau batu mulia.

Pekerjaan sebagai pedagang acung lalu diganti dengan usaha kerajinan merenovasi ke ris dengan memanfaatkan ketrampilan yang di wariskan dari ayahnya. Karyanya mulai dikenal orang, termasuk pak Supeno kepala Rumah Tangga Istana Tampak Siring yang kemudian memperkenalkan karyanya kepada Istana Ne gara Jakarta untuk mengisi kebutuhan cindera mata bagi para tamu negara. Ketenarannya juga membawa dia mendapat pesanan 3000 keris untuk dikirim ke Belanda, baru 1000 dipenuhi ternyata pemesannya mendapat musibah se hingga pengiriman harus dihentikan.

Wayan Tika yang mempunyai 4 putera dan 7 cucu ini sekarang punya 10 karyawan dan mempunyai 75 keris koleksi pribadi di samping ratusan keris lama dan baru dari Bali Jawa, Madura, Lombok, Nusa Tengara dan lain lain yang siap untuk dipasarkan setelah dibu atkan hulu wadah dan perhiasannya. Wayan Tika sejak tahun 1979 tak mau lagi merenovasi bilah keris karena sebelum itu dia kena suatu penyakit hampir selama setahun, sudah banyak dokter dan obat dicoba tapi tak bisa sembuh. Baru setelah mendapat pengobatan batin dengan semedi dan doa, dan berjanji untuk tidak merubah wilah keris dia bisa sembuh.

Di samping membuat dekorasi keris Bali bengkel Wayan Tika juga bisa membuat dekorasi untuk keris Jawa, Madura dan lain-lain. Banyak wilah keris Jawa diberj wadah B li ena pemesannya orang Bali atau menyukai penampilan wadah dan perhiasan keris Bali seperti Istana Negara.

Bahanbahan ini dikumpulkan oleh M.J. KASIYANTO, ARDUS M. SAWEGA (SOLO), RAKA SANTERI (BALI)

IBD

Festifal Wayang Indonesia II 2008

Setelah diadakan untuk pertama kalinya di Surabaya dipenghujung tahun 2005, acara Festifal Wayang Indonesia akan digelar untuk yang kedua kalinya di gedung Taman Budaya Jogja. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Warta Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia), acara yang akan digelar mulai tanggal 13 Desember 2008 ini merupakan acara puncak dari seluruh rangkaian kegiatan festifal seni pedalangan Indonesia yang diadakan dari tingkat kabupaten, propinsi dan puncaknya adalah nasional.

Gatotkaca, salah satu tokoh dalam pewayanganWayang begitu dikenal sebagai budaya Jawa, dalam perkembangannya dunia (UNESCO) memberikan penghargaan sebagai Masterpiece of the oral ang Intangible Heritage of Yumanity, atau karya agung budaya dunia.

Namun, penghargaan yang seperti apa pun akan terasa percuma jika eksistensi wayang sudah hampir tenggelam diantara budaya-budaya asing yang masuk dan manjangkiti masyarakat. Hal seperti ini yang membuat kita “kelabakan” kalau budaya kita sudah diakuisi dan diklaim sebagai budaya negara lain.

Festifal Wayang Indonesia II di Jogja yang akan dibuka oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X di Pagelaran Keraton Jogja sangat tepat sekali momentumnya disaat generasi pemuda mengalami krisis budaya. Pagelaran wayang yang dibawakan oleh dalang dari berbagai daerah di nusantara akan membuat acara ini layak untuk dinikmati oleh semua kalangan, sebab kota Jogja memiliki warga yang majemuk dari berbagai suku dan daerah.


Kamis, 12 November 2009

Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar

Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar

Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1.Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hokum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100 5 benar dan 100 5 salah
2.Ilmu-ilmu sosial ( social scince ) . ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.
3.Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya daar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.

Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
1.Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka
2.Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3.Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
4.menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.

Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yagn telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
1.Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
2.Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesame, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah :
1.Manusia dan cinta kasih
2.Manusia dan Keindahan
3.Manusia dan Penderitaan
4.Manusia dan Keadilan
5.Manusia dan Pandangan hidup
6.Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian
7.Manusia dan kegelisahan
8.Manusia dan harapan
Pokok-pokok bahasan di atas dibahas lebih medetail dalam buku berikut disajikan dalam file PDF silakan download di bawah ini

ILMU BUDAYA DASAR

Secara umum pengertian kebudayaan adalah merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.

Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan

  1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
  2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
  3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
  4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional
Latar belakang ilmu budaya dasar
latar belakang ilmu budaya dasar dalam konteks budaya, negara, dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:

  1. Kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, dan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan (primodial) kesukuan dan kedaerahan.
  2. Proses pembangunan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini akan timbul konflik dalam kehidupan.
  3. Kemajuan ilmu pengetahuan dalam teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi-segi positifnya, juga memiliki segi negatif akibat dampak negatif teknologi, manusia kini menjadi resah dan gelisah.
Tujuan Ilmu Budaya Dasar

  1. Mengenal lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja
  2. Mengenal perilaku diri sendiri maupun orang lain
  3. Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup
  4. Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia
  5. Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya
  6. Memiliki penglihatan yang jelas pemikiran serta yang mendasar serta mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya
  7. Sebagai calon pemimpin bangsa serta ahli dalam disiplin ilmu tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan sebagai disiplin ilmu yang kaku
  8. Sebagai jembatan para saran yang berbeda keahliannya lebih mampu berdialog dan lancar dalam berkomunikasi dalam memperlancar pelaksanaan pembangunan diberbagai bidang mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun serta mampu memenuhi tuntutan perguruan tinggi khususnya Dharma pendidikan
Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia

Unsur-unsur kebudayaan

  1. Sistem Religi/ Kepercayaan
  2. Sistem organisasi kemasyarakatan
  3. Ilmu Pengetahuan
  4. Bahasa dan kesenian
  5. Mata pencaharian hidup
  6. Peralatan dan teknologi
Fungsi, Hakekat dan Sifat Kebudayaan Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya.
kebudayaan berfungsi sebagai:

  1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
  2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
  3. Pembimbing kehidupan manusia
  4. Pembeda antar manusia dan binatang
Hakekat Kebudayaan

  1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
  2. Kebudayaan itu ada sebelum generasi lahir dan kebudayaan itu tidak dapat hilang setelah generasi tidak ada
  3. Kebudayan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
  4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban kewajiban
Sifat kebudayaan

  1. Etnosentis
  2. Universal
  3. Alkuturasi
  4. Adaptif
  5. Dinamis (flexibel)
  6. Integratif (Integrasi)
Aspek-aspek kebudayaan

  1. Kesenian
  2. Bahasa
  3. Adat Istiadat
  4. Budaya daerah
  5. Budaya Nasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan kebudayaan faktor-faktor pendorong proses kebudayaan daerah

  1. kontak dengan negara lain
  2. sistem pendidikan formal yang maju
  3. sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
  4. penduduk yang heterogen
  5. ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Faktor-faktor penghambat proses perubahan kebudayaan
1.faktor dari dalam masyarakat
  • betambah dan berkurangnya penduduk
  • penemuan-penemuan baru
  • petentangan-pertentangan didalam masyarakat
  • terjadinya pemberontakan didalam tubuh masyarakat itu sendiri
2. faktor dari luar masyarakat

  • berasal dari lingkungan dan fisik yang ada disekitar manusia
  • peperangan dengan negara lain
  • pengaruh kebudayaan masyarakat lain