Kamis, 14 April 2011

Sistem Pendidikan di Indonesia

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,……..” (Pembukaan UUD 1945 Alinea IV)

Berdasarkan kutipan di atas, salah satu tujuan Negara Republik Indonesia ialah mencerdaskan kehidupan bangsa. Founding People[1] telah merumuskan tujuan negara tersebut bersama dengan konstitusi tertulis Indonesia. Menurut tujuan negara tersebut jelas terlihat bahwa pendiri bangsa memiliki komitmen yang kuat dalam bidang pendidikan. Tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan aspek penting untuk meciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas serta berkontribusi bagi pembangunan negara.

Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari rumusan ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki peranan yang penting sehingga diperlukan adanya sistem yang dapat mengakomodir fungsi dan tujuan agar tercipta sinergitas antara fungsi dan tujuan tersebut.

Realita pendidikan di Indonesia saat ini menunjukkan adanya proses pembaharuan sistem secara berkelanjutan. Mulai dari standardisasi nilai Ujian Akhir Nasional hingga kebijakan penerapan otonomi kampus di Perguruan Tinggi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. Semua sistem yang hari ini berusaha diterapkan pada dunia pendidikan di Indonesia menimbulkan berbagai fenomena unik, mulai dari penolakan keras hingga kritik terhadap sistem tersebut.

Dr.dr.B.M Wara Kushartanti (pemerhati pendidikan.red), mengungkapkan bahwa sistem pendidikan Indonesia tidak membuat siswa kreatif karena hanya terfokus pada proses logika, kata-kata, matematika, dan urutan dominan. Akibatnya perkembangan otak siswa tidak maksimal dan miskin ide baru.[2] Pernyataan tersebut mungkin ada benarnya jika dikaitkan dengan proses pendidikan hari ini. Value Oriented yang dimaknai sebagai hasil akhir, bukan dari proses yang dilakukan, terkadang menjerumuskan paradigma pendidikan. Sehingga tak aneh ketika seorang sarjana dengan IPK Cum Laude tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan. Orientasi pada nilai cenderung mengesampingkan proses kreatifitas yang justru dibutuhkan ketika “terjun” di masyarakat.

Dalam pandangan kritis, tugas pendidikan adalah melakukan refleksi kritis terhadap sistem dan “ideologi dominan” yang tengah berlaku di masyarakat, menantang sistem yang tidak adil serta memikirkan sistem alternatif ke arah transformasi sosial menuju suatu masyarakat yang adil. Dengan kata lain, tugas utama pendidikan adalah “memanusiakan” kembali manusia yang mengalami “dehumanisasi” karena sistem dan struktur yang tidak adil.[3] Konsep yang coba untuk dituangkan oleh Paulo Freire, seorang pemikir berkebangsaan Brazil adalah “proses pendidikan Sosial”. Dalam hal ini, sistem pendidikan menempatkan pelajar sebagai subjek bukan objek. Sedangkan realita sosial yang terjadi di sekitar dijadikan sebagai materi pembelajaran. Proses ini mengantarkan terwujudnya dialektika dan kesadaran kritis dari tiap individu.

Terkait dengan sistem pendidikan di Indonesia yang masih berorientasi pada nilai akhir, maka konsep “pendidikan kritis” oleh Paulo Freire ini dapat merubah paradigma pendidikan tersebut. Perubahan paradigma pendidikan yang berorientasi pada nilai agaknya perlu diikuti dengan perubahan sistem yang lebih “humanis” dan berkeadilan karena mengingat kembali bahwa tujuan yang diemban negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang berlandaskan pancasila. Pada akhirnya, pendidikan tak hanya dimaknai sekedar ajang mencari nilai bagus dan ijazah sebagai bentuk legitimasi. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan manusia dan membentuk manusia yang beradab dan berkontribusi bagi peradaban bangsa.

http://persma.com/baca/2009/10/16/

Doa dan Kasih sayang Seorang Ibu

Apa yang kita bayangkan pada saat akan menjadi seorang ibu? Mempunyai anak yang baik, yang pinter dan segala macam hal baik lainnya. Tapi, apa persiapan kita untuk menjadi seorang ibu yang baik? Menjadi seorang ibu, bukan sekedar kita menikah dan mempunyai anak, namun diperlukan kesiapan mental, juga fisik. Karena sekali menjadi seorang ibu, maka seorang ibu akan selamanya menjadi seorang ibu.

Seperti yang disampaikan Mario Teguh dalam acara, dengan judul “A mother’s prayer” di Metro TV tanggal 21 Desember 2008, Mario Teguh menyatakan “Ibu tak pernah cuti, tak ada lembur. Keberhasilan ibu adalah keberhasilan anak-anaknya, serta kesedihan anak-anaknya adalah kesedihan ibunya.” Selanjutnya Mario Teguh juga mengatakan, bahwa “ibu menjadi tempat bersandar banyak orang. Ibu menginginkan anaknya berdiri tegak, berjalan dan mempunyai kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, sebaiknya kita sesedikit mungkin bercerita pada beliau, karena begitu masalah yang kita hadapi telah selesai, ibu masih kepikiran”.

Apa yang dikatakan Mario Teguh tadi benar adanya, apalagi setelah saya merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi seorang ibu sejak 26 tahun yang lalu. Peran seorang ibu sangat penting dalam meletakkan dasar-dasar pondasi pendidikan anak-anaknya, pada sikap dan perilaku, serta menjaga agar rumah tangga aman tenteram sedahsyat apapun badai cobaan menggulungnya. Ada pancaran kasih, doa serta pengorbanan seorang ibu, apapun yang menjadi profesi ibu tadi. Kondisi yang semakin berubah, semakin banyaknya wanita karir, diikuti semakin dahsyatnya pengaruh globalisasi yang juga sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak kita, semakin menunjukkan betapa peran ibu harus semakin kuat. Sebagaimana sms yang saya terima pagi ini, dari sahabat saya, yang juga seorang ibu, agar kita dapat menjadi ibu yang mampu menciptakan suasana kesejukan, sehingga ada surga di bawah telapak kaki ibu.

Pada saat si anak masih dalam kandungan, ibu harus telah mempersiapkan diri, mendisiplinkan diri, agar anak telah menjadi disiplin sejak masih di dalam kandungan. Seorang anak tidak ingin dilahirkan, namun orangtua lah yang menginginkan kelahiran anak-anaknya, sebagai penyambung keturunan nya. Ibu yang telah mempersiapkan diri, akan lebih tenang dalam menghadapi kesulitan, baik dalam masa kehamilan, proses kelahiran, maupun merawat bayinya dengan penuh kasih sayang setelah anak lahir dengan selamat.

Perkembangan kepribadian dan perilaku anak, sangat ditentukan oleh bagaimana orangtua mendidiknya, disini peran ibu sangat penting. Ibu lah yang mengandung selama 9 bulan, kemudian menyusui, serta menimang anaknya….. selain itu juga mengajarkan anak-anaknya sejak anak bisa mengerti. Mengajarkan etika, agama, dan pelajaran lain yang akan mengembangkan pola pikir dan perilaku anak ke arah yang baik.

Semakin anak besar, tentu saja ibu tak selalu bisa mendampingi anak-anaknya, tapi ibu yakin jalinan yang ada antara ibu dan anaknya. Ibu akan terus berdoa, dan menyerahkan anak pada Allah swt, dan semoga dijauhkan dari segala marabahaya. Dan ibu percaya, doa-doa ibu yang dipanjatkan akan menyertai perjalanan anaknya kemanapun dia berada, dan selalu menjadi penerang atas kehidupannya.

Ibu akan tahu dan merasa, apakah anaknya sedang resah, dan sedang mempunyai masalah yang belum dapat diselesaikan. Ibu akan menunggu, apakah anak akan datang untuk memohon doa ibu, atau anak akan berusaha menyelesaikan sendiri. Ibu tetap akan mendoakannya.

“Ibu, tolong doakan, aku mau test,” sms si bungsu.

“Ibu, makasih doanya, tadi semua berjalan lancar,” kembali sms si bungsu. Ibu tersenyum, dan sangat senang anaknya bisa menyelesaikan pekerjaan dan tugasnya dengan baik.

Semakin anak menjadi dewasa, ibu juga akan mendudukkan dirinya, untuk membuat anak mandiri, dan tidak mencampuri persoalannya tanpa diminta. Kadang anak bisa berbuat salah, tapi seorang ibu, harus bisa mengarahkan anaknya, untuk menerima akibat atas segala kesalahan yang dilakukan, dan berusaha untuk tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.

Betapa beratnya peran ibu, oleh karena itu menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kedewasaan, kematangan, agar ibu dapat menjalankan perannya, dan membuat keluarga bahagia atas peran ibu yang bisa menaungi seluruh anggota keluarga, dengan kelembutan, ketegasan dan kebijaksanaan nya.


http://edratna.wordpress.com/2008/12/22/doa-dan-kasih-sayang-seorang-ibu

Komunikasi Harmonis

Kesibukan kerja dan perubahan etika pergaulan, kini nyaris membuat komunikasi dalam keluarga menjadi barang mahal dan langka. Bagaimana mengatasinya agar keluarga tetap sakinah?

Rahma (12 tahun) terlihat murung siang itu. Sementara teman-teman sekelasnya terlihat ceria menenteng raport hasil ujian tengah semester masing-masing. Walau berhasil menjadi juara ketiga di kelas, raut kecewa Farhah tak mampu ia sembunyikan. Bapak dan ibunya tak akan datang siang itu menemaninya tersenyum mengongsong piala juara kelas.

Sang ayah, Mukhlis (37 tahun), tak mungkin datang karena sulit meninggalkan pekerjaannya di kantor. Sementara Sukma, ibunya pagi tadi mendadak tak bisa menemani Rahma ke sekolah mengambil raport, karena harus menghadiri arisan keluarga.

Sempitnya waktu bersama keluarga, dan padatnya jadwal kehidupan orangtua, kini sudah lumrah membuat hubungan orangtua-anak kian berjarak dan semu. Setiap orang dalam keluarga, seolah membangun dunia sendiri. Akibatnya, pemahaman terhadap perasaan, pikiran, kebutuhan dan apa yang dirindukan sesama anggota keluarga pun sulit terpenuhi. Hasilnya, akan kian jauh tercipta keluarga sakinah.

Membentuk atau membina keluarga sakinah bukan hal mudah. Karena dasar untuk mewujudkannya butuh tanggungjawab masing-masing individu keluarga. “Person orangtua harus sakinah, jika ingin membentuk keluarga sakinah. Andai suami-istri sakinah, anak akan ikut. Karena anak adalah duplikat orangtua,” tutur Ustadzah Hj Lutfiah Sungkar.

Agar sakinah, menurut Luthfiah, komunikasi yang baik, lancar dan saling terbuka dalam keluarga sangat penting untuk dibangun dan dijaga. Terlebih, anak-anak sangat peka untuk merasakan betapa pentingnya memiliki orangtua yang utuh dan saling berhubungan baik.

Hal senada juga diungkap KH Drs Sofyan Rosada, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Husaini al-Bautani. Ia menilai, komunikasi akan lahir dari seseorang yang sadar bahwa komunikasi merupakan sesuatu yang rûhiyyah. “Hidup ini terjadi karena komunikasi, dan dunia adalah komunikasi,” tegasnya.

Jalinan komunikasi antara orangtua dan anak, juga harus didasari rasa cinta, tanpa kekerasan, diungkapkan terbuka, dan diikuti pendekatan-pendekatan fisik maupun psikologis yang positif. “Contohnya, walau anak saya di pesantren, tapi kami berusaha menjalin komunikasi yang baik. Agar anak saya tidak merasa disisihkan dari keluarga, saya kerap berkomunikasi dengannya via telepon. Atau saya bertanya kepada para ustadz mengenai perkembangan anak saya,” aku Sofyan.

Kualitas Komunikasi

Berkomunikasi bukan hanya berbicara. Tapi butuh pula keberadaan fisik dan kemampuan membuat komunikasi yang dilakukan berkuatias.

Dr Matti Gershenfeld, psikolog dari Philadelhia Temple University, memberi rumusan empat faktor yang perlu diperhatikan orangtua untuk meningkatkan kualitas komunikasi dengan anak. Yaitu: secara fisik berdekatan dengan anak, adanya kontak mata, belaian fisik, dan komunikasi lisan.

Menurut Gershenfeld, jika orangtua dapat terbiasa mengejawantahkan keempat faktor tersebut dalam keseharian, maka anak akan lebih mudah menangkap dan merasakan kasih sayang orangtuanya.

Karena, kasih sayang sangat perlu sengaja ditunjukkan kepada anak, hingga anak dapat benar-benar merasa disayangi. Jika tercapai, kontak batin orangtua-anak pun mudah terjalin.

Dengan bertambahnya usia anak, komunikasi lisan juga kian butuh ditingkatkan. Orangtua harus peka mendengar pendapat dan keluhan anak, memahami perasaan mereka, dan melakukan tukar pikiran. Dari sini, anak yang sedang dalam masa berkembang pun akan merasakan diperhatikan.

Orangtua juga harus dapat menyediakan waktu khusus untuk anak. Walau hanya untuk sekedar berdiskusi, menjemput atau datang mengambilkan raport di sekolah. Ini untuk menunjukkan kepada anak bahwa orangtuanya memang menyediakan waktu khusus bagi mereka, dan bukan memberi mereka sisa waktu saja.

Psikolog Heman Elia M.Psi menambahkan, menyediakan waktu khusus untuk anak, berpengaruh cukup signifikan bagi anak. Disamping menunjukkan kehadiran orangtua dalam kehidupan si anak, juga akan menjadi pemberian yang sangat berarti dari orangtua kepada anaknya.

Komunikasi dapat dilakukan tidak hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan sikap. “Orangtua adalah panutan bagi anak-anak mereka, maka orangtua harus memberi contoh yang baik dengan menjadi sahabat sekaligus teman diskusi mereka,” tandas Elia.

Boks

Komunikasi ala Rasulullah

Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang mempunyai nilai dan aturan. Rasulullah SAW telah mengajarkan nilai dasar akhlak islami dalam membangun hubungan harmonis dalam keluarga. Yaitu menjaga jalinan komunikasi yang baik antarsesama anggota keluarga.

Modal utama sukses Rasulullah membina hubungan dengan manusia dan lingkungannya adalah hati beliau yang selalu diliputi belas dan kasih sayang. Terutama kepada sesama mukmin.

Beliau mudah menyatakan simpati, dan selalu mengharap kebaikan bagi orang lain. Selain itu, beliau sangat berempati, mampu menyelami perasaan dan turut merasakan kesedihan maupun kesusahan orang lain. Beliau juga melengkapinya dengan ketrampilan berkomunikasi.

Agar bisa menjalin komunikasi yang baik, Rasulullah selalu berupaya memahami dan menyesuaikan diri dengan kondisi psikologis lawan bicaranya (komunikan). Sebagai pembicara (komunikator), beliau selalu memperhatikan siapa dan bagaimana lawan bicaranya.

Anzilun-nâsa manâzilahum” (Tempatkanlah manusia sesuai dengan tempat semestinya/proporsional). Begitu sabdanya. Beliau juga mengingatkan agar pembicara menghormati orang yang lebih tua, dan menyayangi yang lebih muda.

Selain itu, faktor psikologi dan posisi lawan bicara, atau aspek intelektualistas dan adat istiadatnya harus diperhatikan. Sabda beliau, “Khâtibun-nâsa ‘ala qadri ‘uqûlihim” (Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar intelektualitasnya). Seperti beda tata wicara kita kepada anak kecil dan orang dewasa, karena beda kemampuan dan daya serap otak masing-masing. Begitu pula terhadap orang berpendidikan dan tidak.

Untuk menyesuaikan dengan kultur, budaya dan adapt istiadat, Rasulullah berpesan, “Khâtibun-nâsa bilughati qaumihim” (Berbicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya). Artinya kita perlu menyesuaikan cara berbicara dan berinteraksi dengan kultur, adat istiadat yang dimiliki seseorang atau suatu kaum. Tentunya sepanjang tidak melanggar syari’at.

Rasulullah juga meneladankan kemampuan paripurnanya dalam melakukan komunikasi efektif. Ciri-ciri komunikasi efektif adalah bila terjalin pemahaman dan saling pengertian antara komunikator dan komunikan. Kemudian tercipta suasana menyenangkan di antara kedua belah pihak. Yang berbicara maupun yang diajak bicara sama-sama senang. Hasilnya, hubungan akan semakin baik dan harmonis.


Sumber : http://majalahqalam.com/features/feature-keluarga/komunikasi-harmonis/

Mendidik Anak Pada Usia Dini

Tips-Tips Mendidik Anak Sejak Dini Dari hasil pengamatan,wawancara dengan rekan kerja dan berdasarkan pengalaman sendiri,bahwa orang tua sangat besar peranya dalam mendidik anak, terutama pada anak-anak sejak kecil. Mendidik anak sejak dini sangat menentukan bagaimana perkembangan kedewasaan anak. Sebagai orang tua apapun tingkah lakunya akan dilihat oleh anak dan dijadikan contoh perilaku anak,baik yang baik maupun yang buruk sekalipun. Karena pada dasarnya anak berumur dibawah lima tahun rasa ingin tahu dan belajarnya sangat tinggi. Daya ingat bagi anak dibawah lima tahun sangat tajam dan sebagai orang tua sudah layaknya memberikan cotoh dalam kehidupan sehari-hari pada kegiatan-kegiatan yang positif. Sebagai contoh bila orang tua suka membaca, atau suka menulis atau suka berolah raga atau suka menonton film-film barat dan sebagainya,si anakpun cenderung akan mencontohnya. Karena itu berbanggalah orang tua bila bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti tersebut diatas sebagai contoh, nantinya akan menanamkan jiwa pada diri anak untuk suka menulis,menggambar,membaca dan lain-lain.

Berikut ini adalah beberapa tips mendidik anak sejak usia dini: 1.Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang positif. -Membersih ruangan rumah,Biasanya anak-anak yang suka bermain-main dengan mainanya akan membuat situasi berantakan di ruangan rumah, ajarkan pada anak untuk bisa membersihkan dan merapikan sendiri setelah selesai bermain. -Membaca buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan sebagai altenatif guru yang baik. Buku sebagai sumber ilmu yang tiada batas,banyak jenis buku yang bisa dibaca dan mebahas berbagai tema dan masalah. -Membaca Majalah atau Koran,dengan membaca koran dan majalah akan menambah wawasan pada orang tua sehingga bisa mempunyai wawasan yang lebih luas dan bisa diajarkan. -Membaca Kitab Suci.Dengan mendengarkan acaan kitab suci biasanya sianak akan memiliki spiritual yang lebih baik bila dewasa kelak. -Menulis,Anak akan memperhatikan bila orang tua sedang menulis dan akan menirunya dengan coret-coret, biasanya didinding namun sebaiknya dibuku-buku yang telah disediakan orang tua,sehingga termasuk juga mengajarkan keapian dan kebersihan. -Bagi keluarga yang punya halaman berumput, biasanya setiap bulan sekali rumput akan jadi panjang dan tidak beraturan, maka anak bisa diajari juga bagaimana merapikan halaman. -Mencuci kendaraan,baik motor maupun mobil bila tidak terlalu kotor bisa dicuci sendiri dirumah, sekaligus mengajarkan anak bagaimana memperlakukan kendaraan. -Mengajak kebengkel, biasanya anak akan senang bila diajak ikut serta kebengkel,dan biasanya akan menambah ide bagi si anak untuk lebih mengenal jenis kendaraan bermotor,bisa juga nanti menjadi idola sianak untuk berwiraswasta dengan membuka bengkel dan lain-lain. 2.Berikan contoh untuk mentaati waktu, Yaitu waktu bermain, waktu belajar dan waktu tidur. Biasanya anak dibawah lima tahun memerlukan waktu tidur lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa.Sehingga sebagai orang tua terutama Ibu harus bisa mengajarkan waktu-waktu kapan harus bermain dan kapan harus beristirahat. Hal ini dilakukan untuk kesehatan anak itu sendiri. 3.Menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang bersifat buruk: -Bertengkar didepan anak-anak, karena dengan bertengkar didepan anak-anak secara otomatis akan memberikan contoh kekerasan dalam keluarga didepan anak, sehingga bisa menimbulkan trauma psikis pada si anak itu sendiri. -Membiarkan anak tidak disiplin, kadang didikan keras bisa membuat disiplin pada sianak,dengan dimanja anak tidak bisa mandii dan bertanggung jawab. -Memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, akan mengakibatkan hilangnya rasa kepercayaan diri si anak. -Bila Ayah sedang keras pada anak, dalam arti tujuan mendidik si ibu tidak boleh membela si anak, sebab bila dibela si anak tidak akan jera bila melakukan kesalahan. Sebaliknya bila Si Ibu sedang keras pada anak dalam arti mendidik,Sang ayah pun tidak boleh membela kesalahan pada anak,. Sehingga terjalin kerjasama mendidik anak yang baik dan seimbang. -Jangan berikan tontonan baik berupa film-film kekerasan atau Sinotron drama yang bersifat cengeng dan mendramatisi, untuk menghindari anak dari sifat-sifat yang kurang baik dari dampak yang ditontonya. 4. Sisakan waktu bersama Anak-anak. Ditengah-tengah kesibukan sebagai orang tuan sisakan waktu untuk bermain bersama anak-anak,sehingga timbul rasa kasih sayang sekaligus pembelajaran pada anak. 5. Usia 7 tahun, bagi yang Moslem bila sampai belum Sholat ajarkan dengan sedikit keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkan anak agar segera sembahyang. 6. Diatas usia 7 tahun Anak akan bisa diberikan tangung jawab yang lebih,sehingga tidak terlalu merepotkan orang tua.

Gejolak di Libya Mengarah pada Perang Saudara

KabarIndonesia - Libya terseret ke dalam jurang perang saudara. Pertempuran antara serdadu pemerintah dan pemberontak sejauh ini telah menelan puluhan korban jiwa. Pemerintah Libya berusaha merebut kembali kota-kota yang dikuasai oposisi.

Pertempuran yang berkecamuk di berbagai kota di Libya, menurut laporan media, telah memakan banyak korban jiwa dan luka-luka. Di Al-Sawiya, sebelah barat Tripoli, stasiun televisi al-Arabiya melaporkan sedikitnya 13 orang meninggal dunia.

Menurut stasiun al-Jazeera jumlah korban jiwa bahkan telah mencapai 50 orang dengan lebih dari 300 orang mengalami luka-luka. Pertempuran antara oposisi dengan serdadu pemerintah juga terjadi di Masrata, 200 kilometer di timur Tripoli. Kedua kota tersebut dilaporkan masih berada di tangan kelompok pemberontak.

Militer juga berusaha merembut kembali al-Brega, pelabuhan minyak terbesar di timur Libya. Pesawat-pesawat tempur pemerintah hari Jumat siang membombardir sejumlah tempat strategis yang diduga dikuasai oleh milisi pemberontak. Sedikitnya 18 orang menurut laporan kantor berita Jerman, DPA, kehilangan nyawanya dalam serangan tersebut. Kendati begitu, saksi mata melaporkan, kelompok oposisi hingga kini belum beranjak dari al-Brega.

Upaya Khaddafi Merebut Kembali Pelabuhan Minyak

Berbagai media melaporkan, milisi pemberontak saat ini telah bergerak ke arah barat, menuju kota pelabuhan Ras Lanuf yang disinyalir masih berada di bawah kekuasaan serdadu pemerintah. Di kota itu kedua kekuatan terlibat pertempuran hebat.

Dilaporkan empat orang pemberontak tewas terbunuh oleh ledakan roket. Ras Lanuf dan al-Brega merupakan dua kota pelabuhan terpenting bagi ekspor minyak Libya. Siapapun yang menguasai kedua tempat tersebut, berarti ikut menentukan pasokan minyak untuk dunia internasional.

Al-Jazeera hari Jumat kemarin juga melaporkan sekitar 130 wartawan internasional dilarang meliput aksi demonstrasi di ibukota Tripoli. Aparat keamanan mengancam, wartawan asing yang meninggalkan hotel tempatnya menginap tanpa izin resmi akan dijebloskan ke penjara.

Dengan cara itu Muammar Gaddafi diduga ingin mencegah rekaman video mengenai tindak represif aparat keamanan terhadap para demonstran, dipublikasikan ke dunia internasional.


Merdeka atau Mati

Dalam wawancaranya dengan al-Jazeera, putra Gaddafi, Saif al-Islam menilai adanya upaya konspirasi terhadap negaranya. „Kami tahu ada kampanye media melawan Libya. Pemerintahan ini akan bertahan, saya tahu, orang lain ingin memecah dan menghancurkan negara ini. Barat ingin mengontrol dana kami, tapi kami adalah negara yang sangat kaya dengan jumlah penduduk yang sedikit. Itu tidak akan terjadi, karena rakyat Libya bersatu. Kalian akan terkejut." Namun bentrokan kembali terjadi antara pendukung Gaddafi dengan para demonstran, di antaranya di lapangan hijau dan di dua kawasan lain di ibukota Tripoli. Kedua kelompok terlibat saling pukul secara brutal. Milisi yang setia terhadap Gaddafi menembak ke udara untuk membuat massa panik.

Sementara di tempat lain para demonstran dikepung oleh tank-tank dan kendaraan lapis baja. Berbagai kantor berita internasional melaporkan aparat keamanan juga menggunakan gas air mata terhadap para demonstran.

Ketua Dewan Nasional di Bengazi, Mustada Abdul Djalil yang juga merupakan bekas Menteri Kehakiman Libya dan kemudian membelot ke pihak oposisi mennyerukan kepada para demonstran di al-Baida. "Merdeka atau mati, kita tidak akan berhenti sampai berhasil membebaskan negeri ini!" (*)


Sumber berita : Peter Steffe/Rizki Nugraha
http://www.dw-world.de/dw/article/0,,14890899,00.html

Senin, 04 April 2011

KEBUDAYAAN NASIONAL

Budaya Indonesia


Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Tari tradisional, bagian dari budaya daerah yang menyusun kebudayaan nasional Indonesia

Kebudayaan nasional

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:

Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199

kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”

Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.

Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan,

Wujud kebudayaan daerah di Indonesia

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.

Rumah adat

Rumah gadang, rumah adat sumatera barat

[sunting] Tarian

Tarian Pakarena di pulau Selayar di masa Hindia Belanda
Tari jaipong, Tarian daerah Jawa Barat

Lagu

Musik

Alat musik

Gamelan

Gambar

Patung

Pakaian

Suara

  • Jawa: Sinden.
  • Sumatra: Tukang cerita.
  • Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara)
  • Gorontalo: (Dikili)

Sastra/tulisan

Makanan

Kebudayaan Modern Khas Indonesia