Kamis, 12 Mei 2011
TRAGEDI PESAWAT MERPATI
KAIMANA - Pesawat milik maskapai Merpati Nusantara Airlines jenis MA 60 jatuh di laut dekat Bandara Utarung, Kaimana, Papua Barat, Sabtu (7/5), sekitar pukul 14.00 WIT.
Semua penumpang berjumlah 21 orang dan 6 kru pesawat, termasuk pilot dan co-pilot, dipastikan tewas. Menurut saksi mata, pesawat Merpati MA-60 sempat berputar-putar selama kurang lebih 15 menit di atas langit Kaimana sebelum akhirnya jatuh ke laut. ”Kami belum tahu apakah karena cuaca buruk atau bukan, belum ada pemeriksaan,” kata Kapolres Kaimana, Ajun Komisaris Besar Antonius Wantri Julianto.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti S Gumay di Jakarta, Sabtu (7/5) malam, menyatakan belum mengetahui secara pasti penyebab kecelakaan tersebut.
”Kita belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, sebab-sebab kecelakaan nanti biar Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang akan menjelaskan. Tim KNKT dan Direktorat Perhubungan Udara akan berangkat ke lokasi, dan langsung mengumpulkan data-data,” katanya.
Petugas menara pengawas Bandara Kaimana mengatakan pesawat Merpati kehilangan kontak sesaat setelah konfirmasi hendak mendarat. Namun, Kementerian Perhubungan belum dapat memastikan apakah pesawat itu hancur udara atau pada saat menghantam laut. ”Namun pada saat pilot mendarat saya nggak tahu itu gimana aslinya. Apakah itu saat ditching atau meledak di udara,” kata Herry Bhakti.
Harry belum tahu apakah kecelakaan ini disebabkan human error atau masalah mesin pesawat. Cuaca buruk dan faktor tempat bandara yang susah dicapai hanyalah faktor pendukung terjadinya kecelakaan itu.
”Masalah human error atau masalah mesin pesawat, itu belum tahu. Karena ini cuma faktor pendukung, cuaca jelek dan juga faktor bandara yang susah untuk dicapai karena berposisi di antara gunung dan laut,” tuturnya.
Menurut Dirjen Perhubungan Udara, prosedur pendaratan di Bandara Utarung, Kaiman cukup unik karena di sebelah landasan pacu terdapat gunung yang cukup tinggi. Pesawat dari Sorong harus naik ke atas melewati gunung tersebut dan melintasi landasan pacu. Kemudian pesawat harus belok ke kiri untuk menempatkan posisi pendaratan di runway 01.
’’Kontak terakhir pilot dengan menara ATC di bandara adalah saat pesawat sudah belok ke kiri dan siap untuk mendarat. Setelah itu langsung hilang komunikasi,’’ jelas Herry Bhakti.
Sesuai prosedur, pesawat harus melakukan overhead atau berputar sekali karena cuaca hujan. Hal ini dimaksudkan agar pilot bisa mengetahui keadaan landasan.”Apabila sudah seperti itu keputusan ada di tangan pilot apakah akan mendarat atau melakukan pendaratan di tempat lain karena cuaca hujan,” jelasnya.
Pada saat itu cuaca di sekitar bandara hujan deras. Namun masih memungkinkan untuk pendaratan pesawat, karena sebelumnya ada pesawat lain yang sudah mendarat.
Pesawat Merpati ini diperkirakan mengalami ditching (melakukan pendaratan di air/laut) dan pecah menjadi dua bagian begitu membentur permukaan laut.
Sementara otu, sebelum acara makan malam bersama para pemimpin negara-negara ASEAN dimulai, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajak para hadirin untuk mengheningkan cipta atas tragedi jatuhnya pesawat Merpati di Kaimana, Papua Barat.
Para kepala negara dan seluruh hadirin pun menundukan kepala tanda mengheningkan cipta atas tragedi yang menyebabkan 27 orang meninggal itu.
”Saya meminta sejenak untuk mengheningkan cipta atas tragedi penerbangan ini,” kata SBY diawal sambutannya.
Sebelumnya, Presiden SBY telah memerintahkan segera dilakukan evakuasi korban kecelakaan pesawat milik Merpati Airlines tersebut. Juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di sela-sela KTT ke-18 ASEAN mengatakan Presiden telah menerima laporan kecelakaan pesawat baling-baling yang jatuh sekitar 500 meter menjelang Bandara Kaimana itu. ”Presiden menginstrukskan agar segera dilakukan langkah penyelamatan dan evakuasi korban,” kata Julian.
Layak Terbang Herry Bhakti menjelaskan, saat ini di Indonesia terdapat 13 pesawat jenis MA 60 yang dioperasikan oleh maskapai Merpati. Pesawat jenis itu juga dioperasikan di beberapa negara.
Kementerian Perhubungan menyatakan pesawat buatan China yang mengalami kecelakaan di perairan Kaimana itu layak terbang. ’’Pesawat MA 60 sudah sesuai sertifikasi otoritas penerbangan China dan Indonesia. Secara teknis tidak ada masalah sehingga layak terbang,’’ tegasnya.
Herry menjelaskan, data penerbangan pesawat MA 60 dengan nomor registrasi PK-MZK dan nomor penerbangan MZ 8968 dibuat tahun 2010 dan baru terbang selama 615 jam, serta frekuensi mendarat 764 kali.
Pesawat milik Merpati tujuan Sorong - Kaimana mengalami kecelakaan sekitar pukul 14.00 WIT. Pesawat itu berangkat dari Bandara Domine Eduar Osok, Sorong, pukul 12.45 dan diperkirakan mendarat di Bandara Kaimana pukul 13.55 WIT.
Pesawat berkapasitas 56 penumpang itu, pada saat kejadian hanya membawa 21 penumpang, terdiri atas 18 dewasa, 1 anak dan 2 bayi. Pesawat tersebut diawaki pilot Capt Purwadi Wahyu, co-pilot Paul Nap, pramugari Sumayani dan Indriyana Puspasari, serta teknisi Joko dan Dadi Tarsidik.
Pesawat mengalami kecelakaan ketika melakukan over head saat akan menuju ke runway 01 Bandara Kaimana yang tinggal berjarak 500 meter.
Hingga pukul 23.00 telah dievakuasi sebanyak 17 orang penumpang. Mereka akan diidentifikasi di RSUD Kaimana. Tim SAR dibantu TNI AL, Kepolisian, dan masyarakat, hingga semalam terus berupaya mencari 10 korban yang belum ditemukan.
Herry Bhakti menambahkan, berdasarkan laporan terakhir jenazah 17 korban tewas yang telah ditemukan kini disemayamkan di RSUD Kaimana. ”Namun kami belum bisa merilis nama-nama ke-17 korban tersebut. Proses evakuasi masih dilakukan. Tim SAR dibantu aparat TNI Angkatan Laut dan masyarakat setempat masih terus mencari para korban lain yang belum ditemukan,” kata Herry, didampingi Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Yurlis Hasibuan, dan Vice President Public Relation Merpati Nusantara Airlines, Sukandi.
Menurut dia, kendala evakuasi adalah cuaca yang buruk dan posisi jatuhnya pesawat berada di laut, atau 500 meter sebelum masuk kawasan bandara yang berada dekat laut.
Ketika ditanya mengenai kelaikan pesawat, Herry mengatakan, secara teknis tidak ada masalah dan bisa dipertanggungjawabkan. Pesawat tersebut, katanya, baru 615 jam terbang dengan 764 pendaratan. Merpati memiliki 13 pesawat jenis itu yang dioperasikan di Indonesia.
Sementara itu, Vice President Public Relation Merpati Nusantara Airlines, Sukandi, mengatakan, pihak MNA belum bisa mengeluarkan daftar nama-nama penumpang, dan belum bisa memastikan apakah ada warga negara asing dalam pesawat naas itu.
Sementara itu, Polda Papua, Sabtu sore waktu setempat, merilis daftar 21 nama penumpang pesawat Merpati yang jatuh di Teluk Kaimana. Namun, nama-nama itu tidak disertai dengan alamat dan identitas yang jelas, kecuali untuk tiga korban, yakni Kabag Ops Polres Kaimana AKP Tedi Efendi serta istrinya Irma dan anaknya, Abby. (bn,ant,dtc-35)
sumber : http://forumm.wgaul.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar