SETIAP WARGA NEGARA BISA BERANTAS KORUPSI
Kasus
:
Disini
akan membahas tentang maraknya korupsi yang terjadi, dan upaya perlawanan yang
dilakukan warga negara untuk memerangi korupsi di bangsa kita. Berdasarkan sumber
pada acara KICK ANDY yang ditayangkan pada Jumat 05 Oktober 2012 pukul 21.30
WIB di Metro TV.
Teori
:
Korupsi
bukanlah isu yang baru dikenal di kalangan masyarakat. Ironisnya, meski beragam
upaya dan wacana terus didengungkan untuk memerangi praktik korupsi tetap
berlangsung. Semestinya tidak hanya institusi-institusi pengamat atau
pemberantas korupsi saja yang sibuk bersuara. Tetapi gerakan menjadikan
kejujuran sebagai sebuah budaya bangsa dan menghalau semua tindakan
penggrogotan bangsa ini hendaknya menjadi tanggung jawab warga Negara. Perang melawan
korupsi harus diawali dari diri sendiri ! seperti yang dilakukan pada tamu Kick
Andy episode kali ini mereka melakukan perlawanan terhadap tindakan korupsi
sesuai denggan kapasitas mereka.
Sekmen
satu :
Di
Jawa Tengah, tepatnya di Kudus ada Sekolah Menengah Pertama bernama Kanisius. Di
sekolah ini sudah menerapkan kejujuran anti korupsi terhadap siswa-siswi sejak
tahun 2006 silam. Dimana para siswa dan siswi diberikan acuan untuk tidak
melakukan korupsi sejak dini, bahkan di sekolah ini setiap hari sabtu
diterapkan untuk memakai pin yang bertuliskan Anti Korupsi. Menurut keterangan
Kepala Sekolah sebut saja dia bapak Basuki Sugita. Dia menyatakan bahwa sejak
tahun 2005 di sekolah ini ada pendidikan anti korupsi dari hal yang terkecil
seperti anti mencotek, ada juga anti korupsi berupa nilai kejujuran seperti “warung
kejujuran”, “telepon kejujuran”, dan “ular tangga kejujuran”.
Munculnya
gagasan tentang kejujuran ini berawal pada 19 Desember 2005. Kepala sekolah
merasa tertantang untuk mendirikan sekolah kejujuran. Kemudian membuka “warung
kejujuran” yaitu dimana warung tersebut tersedia berbagai macam kebutuhan para
siswanya. Ketika siswa membeli sesuatu yang diinginkan mereka harus mengambil
sendiri dan membayar sendiri. Ada dua transaksi yaitu lunas dan bon, jika siswa
sudah melunasi bonnya maka ditullis di buku lunas dan sebaliknya jika siswa
belum membayar mereka menulis dibuku bon. Jadi, mereka bisa sesuka hati untuk
jajan sendiri kemudian membayar dan mengambil uang kembalian sendiri.
Awalnya
warung kejujuran ini berjalan dengan baik, tetapi kemudian selang 1-2 bulan
banyak barang dan uang yang raib. Kemudian ada juga siswa yang mengaku
mengambil tanpa membayar tetapi ketika upacara kami para guru memberi semangat
dan penjelasan tentang pendidikan anti korupsi kepada siswa dan siswi agar
berbuat jujur. Karena, kalau warung tersebut bangkrut itu mencerminkan negerimu
akan hancur karena tidak adanya kejujuran.
Begitu
juga dengan “telepon kejujuran”, pada tahun 2006 para siswa diperbolehkan untuk
membawa handphone. Tetapi, disekolah ini kami menyediakan telepon keujuran dimana
para siswa dan siswi di perbolehkan untuk memakai fasilitas telepon kejujuran
yang disediakan. Telepon kejujuran ini ada dua jenisnya seperti GSM dan CDMA,
dimana siswa akan dikenakan biaya untuk GSM Rp 1000/menit dan untuk GSM Rp
300/menit. Karena ini telepon kejujuran para siswa pun membayar sendiri dan
mengambil uang kembaliannnya sendiri di kotak yang telah disediakan tanpa ada
yang mengawasi. Pernah ada satu handphone yang hilang seharga Rp 2.500.000
kamipun mencoba kembali untuk mengingatkan para siswa untuk melakukan tindak
kejujuran kemudian, selang 2-3 bulan telepon kejujuran ini berjalan dengan baik
dan para siswapun tidak ada yang membawa handphone lagi kesekolah karena sudah
ada fasilitas telepon kejujuran.
Selanjutnya
adalah “ular tangga kejujuran”. Pertama kali kami para rekan guru mendiskusikan
agar kejujuran siswa tidak luntur. Permainan ular tangga disini mendidik para
siswa agar mematuhi peraturan lalu lintas, seperti apabila mengebut dijalan
ular tangga sudah di angka 94 maka akan turun sampai ke tangga 75 dan dikenakan
sanki tilang.
Cicak
versus Buaya :
Kami
ingin memberikan apresiasi kepada siswa namun ketika itu kami kesulitan untuk
mencari media. Kebetulan ada pasar malam ketika itu, saya melihat ada seorang
yang menjajakan dagangannya berupa banting buaya karet seharga Rp 15.000 dari
hal itu kami mencoba untuk mengumpulkan anak-anak untuk membanting buaya karet
tersebut semakin panjang buaya karet dibanting maka semakin panjang tindakan
korupsi yang dilakukan. Selang beberapa waktu ada polisi yang dating, saya kira
ingin menangkap saya atas kejadian tersebut. Saya berkata kepada polisi
tersebut, “pak, kalau mao menangkap saya, tangkap dulu abang-abang yang
berjualan buaya karet yang di pasar malam” ujar pak Basuki Sugita sambil
tertawa.
Selain
perlawanan anti korupsi yang dilakukan SMP Kanisius Kudus Jawan tengah, ada
juga seorang bapak tua yang berjualan bensin kejujuran tepatnya di jalan
veteran Mojoreto Kediri. Dia seorang penarik becak yang nuga berjualan bensin
kejujuran, karena sibuk menarik becak maka bensin yang dia jual tidak ada yang
mengawasi dan hanya diberikan spanduk yang bertuliskan kalimat kejujuran. Barang
siapa yang membeli bensinnnya si pembeli mengambil bensinnya sendiri dan juga
membayar di korak yang telah disediakan. Tetapi sejak 4 bulan berjualan dia
sudah mengalami kerugian sebesar Rp 5.000.000, bensin hilang uangpun raib.
Segmen
kedua:
Pasa
segmen ini ada seorang siswa yang lahir pada 27 Mei 1998 bersekolah di SMPN 2
Bandung yang duduk di bangku kelas 3 sebut saja dia Fahma Waluya. Kegemarannya pada
permainan game di komputer sejak duduk di bangku kelas 5 SD ini telah
menciptakan permainan anti korupsi. Munculnya ide permainan ini karena Fahma
melihat banyaknya korupsi yang terjadi kemudian dia mempelajari dahulu apa itu
korupsi lalu appa saja yang dilakukan seorang yang melakukan korupsi. Fahma pun
lebih detail untuk mempelajari komputer dengan didampingi seorang tutor. Muncullah
permainan anti korupsi tersebut yang diberi nama Raid the Raits, dimana
permainan ini mudah dimainkan oleh siapa saja termasuk anak-anak. Pada permainan
ini lambing yang digunakan yaitu Burung Garuda sebagai lambing Negara atau
Rumah kemudian ada Tikus sebagai pengganggunya peluru dalam game inipun berupa
bola pingpong didalamnya ada bom asep agar ketika terkena peluru tikus tersebut
menjadi babak belur dan diiringi musik angklung. Berkat karya-karyanya itulah,
berbagai penghargaan di bidang animasi pun telah ia terima. Bahkan karya remaja
belia kelas 3 SMP ini telah menjadi langganan dalam festival teknologi dan
informasi tertinggi di Indonesia, INAICTA 2012 lalu.
Selain
game animasi ada juga ada juga website perlawanan korupsi yang dapat dilihat
pada korupedia.org situs ini dimana masyarakat akan terus mengingat siapa-siapa
saja yang telah melakukan tindakan korupsi.
Segmen tiga
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar